
UNIVERSITAS Cornell mengucapkan selamat tinggal pada batu bara. Pekan ini, salah satu universitas elit di Amerika Serikat ini akan menutup pembangkit pembakaran batu baranya.
Ini dilakukan Cornell setelah pembangkit kombinasi panas dan listriknya meraih sertifikat Energy Star.
Energy Star adalah standar internasional dari pemerintah AS untuk produk yang dinilai hemat energi. Cornell merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang memiliki pembangkit kombinasi panas dan listrik yang meraih Energy Star.
Pembangkit ini dibuka pada Januari 2010, tak lama setelah Universitas Cornell mengumumkan Rencana Aksi Iklim (Climate Action Plan) pada September 2009. Menurut Presiden Universitas Cornell David Skorton, Rencana Aksi Iklim merupakan aksi untuk menghilangkan emisi gas rumah kaca universitas pada 2050.
Nantinya, pembangkit Cornell akan menggunakan gas alam dan minyak bumi. Hasil pembakaran akan digunakan untuk menghasilkan uap, yang kemudian digunakan untuk memanaskan kampus. Menurut Direktur Utilitas Cornell Jim Adams, transisi penggantian batu bara akan dimulai tahun ini.
“Kami memiliki beberapa batu bara sisa tahun lalu, kami juga telah membakar batu bara pada musim dingin lalu dengan tingkat yang sangat rendah. Dan sekarang, saat Maret, kami tidak membutuhkan pemanas lagi. Jadi kami akan membakar sisa batu bara dan menyelesaikannya,” kata Adams, Huffingtonpost, Kamis (24/3/2011).
Manajer Pusat Pembakaran Energy (Central Energy Plant) Tim Peer menyatakan setiap tahun, Cornell membakar 65 ribu ton batu bara. Ke depan, Cornell berharap bisa menggunakan pemanas yang ada untuk menguji kemungkinan menggunakan energi listrik dari biomasa terbarukan.
Bagaimana dengan kampus Anda, apakah sudah ada usaha untuk menjadi ‘hijau’?
Sumber :Okezone.com
0 comments:
Posting Komentar